Home
Semangat Kemerdekaan dalam Pendidikan

Semangat Kemerdekaan dalam Pendidikan

Semangat Kemerdekaan dalam Pendidikan

Pada 17 Agustus 2022, negara Indonesia sekarang sudah memasuki usianya yang ke-77 tahun, usia yang sudah terbilang tua tentunya, lantas setelah 77 tahun setelah diproklamirkannya Indonesia menjadi bangsa yang merdeka 100%? tentu saja wacana di atas perlu dan patut untuk direnungkan bersama dan diperoleh jawabannya.
Kemerdekaan bukan hanya dimaknai dengan lepasnya bangsa Indonesia dari penjajahan bangsa asing. Tetapi, lebih dari itu, kemerdekaan bangsa berarti kemerdekaan pula bagi seluruh rakyatnya, yakni terbebas dari segala bentuk eksploitasi, kebodohan, dan ketidakadilan.

Merdeka itu adalah kekuasan untuk menentukan diri sendiri untuk bisa mengembangkan potensi diri. Jadi, ketika rakyat Indonesia belum dapat mengaktualisasikan dirinya sebagai manusia merdeka, maka bangsa Indonesia belum bisa dikatakan merdeka. Apabila kita menginginkan kemerdekaan yang seutuhnya, yakni kedaulatan dalam segala aspek, negara Indonesia mempunyai tanggung jawab penting untuk membuat setiap rakyatnya untuk berdiri di kaki sendiri dan tidak bergantung terhadap bangsa atau pihak lain. Untuk itu, pendidikan adalah alat yang tepat untuk membuat Indonesia menuju kemerdekaan seutuhnya.

Esesnsi Kemerdekaan dalam Dunia Pendidikan

Kini tiba saatnya mengimplementasikan esensi kemerdekaan dalam dunia pendidikan lewat berbagai cara. Pertama, pendidikan yang mengimplementasikan kemerdekaan pastinya mengedepankan kemerdekaan diri setiap peserta didik di sekolah. Anak didik memiliki kebebasan dalam belajar tanpa harus menjadi liar atau brutal karena masih ada batas-batas kewajaran dalam dunia pendidikan. Bertanya dan menjawab merupakan pelajaran dasar berkomunikasi sebagai manusia merdeka. Pendidik dan anak didik adalah kumpulan personal yang saling berinteraksi dengan kekhasan masing-masing sehingga untuk itu diperlukan sikap saling menghargai satu sama lain. Kedua, pendidikan mestinya merujuk pada kedalaman intelektual dan nurani. Harus diakui bahwa pendidikan di negeri tercinta ini terlalu menuntut banyak mata pelajaran dan menumpuknya materi ajar sehingga yang terjadi adalah beban dan kekhawatiran bagi anak didik dan orang tua. Sekolah laksana penjara yang membelunggu potensi dan kreasi sehingga melahirkan kemampuan yang dangkal dan kerdil. Celakanya, demi memperjuangkan kompetensi kognitif kadangkala rela mengorbankan nurani dan jatuh pada pengingkaran kejujuran dan integritas. Ketiga, pendidikan memasyarakat adalah hal pokok yang juga harus segera diimplementasikan untuk mewujudkan kemerdekaan dalampendidikan. Sekolah tidak akan lepas dari masyarakat karena sekolah bukanlah pabrik yang mencetak robot-robot cerdas yang dapat menggantikan berbagai fungsi kerja manusia. Manusia tidak akan pernah bisa digantikan secara sempurna oleh robot. Sekolah adalah tempat belajar nilai-nilai kehidupan dalam kerangka hidup bermasyarakat sehingga sekolah sangat lekat dengan aspek humanisme yang lekat dengan interaksi dan relasi sosial.

Pendidikan memasyarakat benar-benar terimplikasi dalam segala rutinitas edukatif di sekolah, seperti dalam pembelajaran, ekstrakurikuler, organisasi siswa, dan etika kesantunan pada umumnya. Anak didik belajar tentang bagaimana menjalani hidup yang begitu kompleks yang tercermin dalam kompleksitas di masyarakat. Inilah inti dari kemerdekaan dalam hidup bahwa anak-anak belajar tentang masyarakat dan di dalam masyarakat itu sendiri.

Akhirnya, kemerdekaan sejatinya bukan sekedar pengalaman historis ataupun kata-kata euforia belaka. Kemerdekaan hendaknya menjadi aktualisasi setiap saat dalam mengusahakan peradaban yang lebih baik. Dunia pendidikan menjadi senjata ampuh dalam membangun habitus bangsa yang berharkat dan bermartabat. Dengan demikian, kemerdekaan adalah pengalaman, perayaan, aktualisasi, dan harapan untuk setiap warga negara dalam menikmati peradaban yang humanis. Merdeka!

204 Comments

Leave a Comment

*

*